Pemain sepak bola yang
rendah hati jumlahnya cukup banyak. Scholes, Gerrard, Xavi, Bastian, Lampard,
dan masih banyak lagi, adalah contoh pemain yang berkemampuan hebat dengan
kadar kerendahan hati yang tinggi. Kemudian ada pemain bola yang dari segi
kemampuan dianggap tidak menonjol tapi memiliki sikap yang santun nan rendah
hati semacam Darren Fletcher dan sejenisnya. Di blok lain adapula pemain sepak
bola yang dari segi kemampuan biasa saja bahkan seringnya di bawah rata-rata
tapi sombong dan kelakuannya minta ampun. Contoh yang bisa disebut adalah Joey
Barton dan cukup dia saja supaya tidak melebar ke mana-mana.
Kemudian hiduplah seorang pemain bola yang dipanggil Zlatan. Lengkapnya Zlatan Ibrahimovic. Dari beberapa kali melihat video wawancaranya atau saat dia berbicara (tentunya) tentang dirinya, Zlatan cenderung menganggap dirinya bagaikan seekor singa. Ketika menjawab pertanyaan serius tentang dirinya dia selalu menggunakan kata ganti orang ketiga untuk menyebut dirinya. Contoh wawancara (kurang lebihnya seperti ini)
Kemudian hiduplah seorang pemain bola yang dipanggil Zlatan. Lengkapnya Zlatan Ibrahimovic. Dari beberapa kali melihat video wawancaranya atau saat dia berbicara (tentunya) tentang dirinya, Zlatan cenderung menganggap dirinya bagaikan seekor singa. Ketika menjawab pertanyaan serius tentang dirinya dia selalu menggunakan kata ganti orang ketiga untuk menyebut dirinya. Contoh wawancara (kurang lebihnya seperti ini)
Wartawan : “Zlatan,
kaki sebelah mana yang cenderung lebih lemah, kiri atau kanan?”
Zlatan : “Zlatan tidak
punya kaki yang lemah….”
Saya secara pribadi
ketika melihat secungkil wawancara itu langsung berkesimpulan
“Apa gak kurang
sombong, tuh?”
Cara paling gampang
melihatnya adalah dengan stalking
media sosialnya Zlatan. Sebagian medsosnya menunjukkan “kebesaran” dirinya.
Seperti ketika Zlatan mendapat kesempatan berfoto dengan Ratu Swedia, nah dia upload ke akun instagramnya, dan bisa
langsung dicek di bagian caption picture-nya : “The Queen and The King”
Sumber : screenshot akun instagram Zlatan @iamzlatanibrahimovic |
Kebanggaan Zlatan terhadap dirinya juga tetap terlihat masa awal kepindahannya ke Manchester. Dengan pede Zlatan mengatakan, “I won’t be King of Manchester. I will be God of Manchester”
Seperti sebuah kegilaan
akut, kebanggaan yang berlebihan. Entah, Zlatan itu cuma sekadar bicara karena
di Manchester sendiri cuma ada satu Raja (King) yaitu King Eric (Cantona)
sehingga dia lebih memilih untuk menjadi lebih besar daripada Raja yaitu
menjadi Tuhan (God). Mungkin kalau
Zlatan di Indonesia banyak orang yang ingin mengirim santet atau paling tidak
melaporkannya ke polisi karena mengaku-ngaku akan menjadi Tuhan.
Tapi Zlatan sendiri
seperti sebuah anomali. Nilai-nilai yang diajarkan oleh orang tua sejak kecil
terutama tentang kesombongan dan kebanggan terhadap diri seolah tidak berlaku
pada Zlatan. Seperti pada frase, -Kesombongan adalah Awal Dari Kejatuhan-.
Zlatan memang terkesan sombong (banget), tetapi deretan prestasinya terus berbicara,
seperti terus mengimbangi kesombongannya. Beberapa yang paling gampang diingat,
diantaranya :
- Satu-satunya pemain yang memenangi 13 gelar juara di 4 liga Negara berbeda yang secara kebetulan adalah liga top dunia (Belanda, Italia, Spanyol, Prancis
- Saat ini sebagai top scorer sepanjang masa Swedia plus 11 kali menjadi “Swedish player of the year
- Akhirnya memenangi trofi Eropa pertamanya bersama Manchester United (Europa League 2016/2017)
- Memiliki banyak koleksi goal akrobatik, entah dia melakukannya dengan tidak sengaja atau memang hasil latihan J
- Sisanya masih lebih banyak lagi…(bisa digoogling)
Satu pepatah yang
mungkin berlaku bagi Zlatan adalah “Bisa karena Biasa”. Publik pecinta sepak bola
sepertinya bisa menerima berbagai hal yang mungkin berbau kesombongan karena
hal tersebut sudah sering Zlatan lakukan, seperti menjadi sebuah identitas.
Seperti garam pada masakan yang akan menjadi hambar tanpanya. Semacam ada yang
tidak beres dengan diri Zlatan ketika mungkin suatu saat dia tidak akan
menyombongkan atau paling tidak membanggakan dirinya.
Hal yang lain yang juga
menonjol dari Zlatan adalah bagaimana dia seringkali bertikai bahkan secara
fisik dengan rekan sesama pemain sepak bola. Gak di Belanda, Italia, Spanyol,
Zlatan selalu memiliki konflik dengan rekan setim, termasuk dengan Pep
Guardiola walaupun tidak sampai baku hantam. Untungnya untuk saat ini dia belum
memiliki “rekan sparring” di Manchester United. Beberapa kontroversinya seakan
membuatnya terlihat seperti pemain yang arogan, tapi di saat yang bersamaan
Zlatan bisa menjadi seorang yang memegang teguh nilai kehormatan dan
penghargaan dalam hidupnya. Banyak sumber yang bisa dibaca tentang rasa
hormatnya terhadap Jose Mourinho atau ketika membantu tim sepak bola penyandang
disabilitas Swedia yang akan berlaga di Brazil.
Tong kosong nyaring
bunyinya, tapi ada kalanya tong yang berisi apabila dipukul dengan cukup kuat
masih cukup nyaring juga bunyinya. Memang setiap orang memiliki haknya untuk
bangga, mungkin Zlatan dilahirkan untuk menunjukkan kepada kita bahwa
kesombongan dan kerja keras masih mungkin untuk sejalan dan saling mendukung
satu sama lain. Saya termasuk orang yang percaya bahwa semua pencapaian Zlatan
sampai dengan sekarang adalah hasil kerja keras.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar