Senin, 15 September 2014

Carita de Angel (Di Maria)

gambar dari squawka

Ketika MU memutuskan menebus seorang pemain yang kebintangannya terlalu "biasa" saja diantara bintang-bintang yang ada di sebuah tim dengan julukan Los Galacticos ada beberapa komentar-komentar yang mengiringi "penebusan" itu. Ada yang mengatakan harga yang harus ditebus MU terlalu mahal, pemain sekaliber Cesc Fabregas dengan skill yang katanya lebih komplet saja ditebus Chelsea dengan harga jauh lebih murah. Belum lagi bila dibandingkan dengan striker "majikannya" Cesc, pak Diego Costa. Striker yang lagi panas-panasnya di ajang BPL. Sudah cetak 6 gol dari 4 gameweek yang mungkin sampai sekarang membuat Torres bermimpi buruk di Italia sana. Tidak ketinggalan dengan Cesc, yang seperti pelayan setia melayani "nafsu bejat" Costa untuk mencetak gol dengan mencetak assist-nya yang keenam pada gameweek keempat kemarin.
Kalau masalah harga, hal apa lagi sih yang bisa "ditawarkan" MU? MU sudah tidak bisa menawarkan kompetisi kasta tertinggi di Eropa untuk pemain sekelas Di Maria, opsi untuk menjadi pemain pilihan utama pasti sudah jadi miliknya melihat saingan terberatnya adalah Ashley Young. Iya, saya ketik lagi Ashley Young, pemain yang sempat "bersinar" saat preseason yang dulu itu. Serasa dulu banget preseason-nya.. hehehe.
Harga tinggi serta gaji, hanya hal itu yang dapat ditawarkan MU, mumpung penjualan kaus tim lagi untung besar, termasuk untuk pemain pinjaman dari Monaco yang katanya ketika disebut namanya sudah membuat  para pemain belakang merinding El Tigre - Radamel Falcao.
Cerita berlanjut ketika MU dijamu oleh Burnley, saat Di Maria menjalani debutnya membela setan merah. Iya, tidak salah ketik, seorang Angel (malaikat) yang akhirnya memilih membela Setan, cie cie. Saat itu memang dia terlihat bersinar sendiri, namun belum mampu berbuat banyak, masih perlu beradaptasi, tapi kelihatan sekali levelnya berada di atas Ashely Young, pemain yang masih kita tunggu pembuktiannya.
Saat itu banyak yang meragukan si malaikat kurus bertato itu.
Ketika menjalani debut pertandingan home-nya, Di Maria sudah tidak seperti seorang malaikat lagi. Permainannya kesetanan yang diawali dengan tendangan bebasnya yang mengelabui kiper QPR, tim yang sekarang oleh our former #5, Rio Ferdinand himself. Kelihatannya seperti kebetulan, tapi menit-menit berikutnya membuktikan Di Maria memang lagi kesurupan. Seapertinya dia diplot di tengah, tapi pergerakannya di sisi kiri selalu membuat lini belakang QPR deg deg serrr. Operan ajaibnya ke Rooney menjadi awal gol dari Ander Herrera, ditutup assist-nya kepada Juan Mata. Old Trafford pun bergemuruh, kemarin dini hari (WITA) MU mampu menang melawan QPR 4-0.
QPR bukan Chelsea, City, Arsenal, atau Liverpool. Para pemainnya kurang melakukan pressing ketat pada para pemain MU sehingga mereka bisa bernafas lega. Tapi tidak apa-apalah, kalau lawan QPR aja masih susah bagaimana mau berhadapan dengan Top 5 nya Liga Primer Inggris coba?

Sementara nun di Spanyol sana. Real Madrid dikandaskan 1-2 oleh Atletico. Apa mungkin sikap Cristiano Ronaldo yang katanya menentang pindahnya Di Maria itu benar? Bahwa Real Madrid sebenarnya masih membutuhkan malaikat kecilnya yang selalu meliuk liuk mengejar bola tanpa kenal lelah itu.... cuma rumput bergoyang yang tahu.

MU = Manchester United
QPR = Queen Park Ranger
Ashley Young = pemain MU yang.... ah sudahlah

Jumat, 29 Agustus 2014

Terguling oleh MK Don

Sudah lewat beberapa hari, hati ini masih tidak sanggup untuk sekedar melihat cuplikannya. Ketika klub “sehebat” Manchester United “dihancurkan” oleh tim entah divisi berapa Liga Inggris dengan skor yang “wow” 4-0. Klub yang pelafalannya diplesetkan saperti nama obat sakit kepala (iya Oskadon.. pancen oye..) telah memberi pelajaran kepada pemegang 20 gelar Premier League betapa hidup bagaikan sebuah roda yang bahkan bisa bergulir dengan cepatnya secepat Marsha memakan buah apel dalam kelas si Beruang.
Kata karib semenjak kecil ketika saya mengkonfirmasi kekalahan MU via BBM : “Welcome party buat Di Maria bro…”
Kami memang sama-sama penggemar MU aliran “Pangeran Siahaan”, tulisan-tulisan Beliau sedikit banyak telah beberapa kali menguatkan hati kami ketika selalu dibuat tersenyum pahit membaca pemikirannya tentang MU. Jaman-jaman kami memuja-muji skuad MU langsung ikut-ikutan terganti dengan gaya satirnya Pange. Tak jarang di waktu senggang kami mendiskusikan tulisan-tulisannya tentang MU.
Sementara ketika berjumpa kembali dengan sahabat lama, Wisnu, eh dia malah langsung ngajak main domikado yang liriknya sudah digubah, “Don MK Don MK Don MK, MK Don MK Don Bea Beo…” Ketawa sih ketawa, sambil dalam hati pasang jampi-jampi dikit biar Arsenal jadi beli Welbeck…hehehehe.
Kata orang bijak, kita harus bisa mengambil segala sesuatu yang positif bahkan dari kejadian yang paling negatif sekalipun. Maka sebagai fans yang baik, saya mencoba mengumpulkan beberapa opsi yang mungkin merupakan hikmah dari “pembantaian” ini.
“Ya mungkin saja pemain MU masih belum bisa mengaplikasikan taktik baru ala Van Haal”
“Ya mungkin saja ini taktik Van Haal buat menyadarkan petinggi-petinggi United betapa sedang tidak baiknya United saat ini. Kalau udah tau gak baiknya, kali-kali aja pemain-pemain yang menjadi buruan Van Haal langsung dikirimi proposal semua.”
“Atau mungkin saja memang ini akan menjadi semacam “pertandingan mawas diri” buat para pemain yang sepertinya standarnya sudah menurun (o come on Evans!!!!) sehingga  akhirnya membulatkan tekad dan mencurahkan segala kemampuannya untuk menjadi lebih baik lagi, dst….”
Dan masih banyak “mungkin-mungkin” yang lain dalam benak ini…. Cieeee

#GGMUachh

Kamis, 28 Agustus 2014

Roti Kadaluwarsa

Pernah gak kalian beli semacam roti-rotian di beberapa waralaba mini mart yang sedang menggejolak di republic ini? Roti-roti yang katanya tidak memakai bahan pengawet hingga masa kadaluwarsanya menjadi hanya hitungan hari, misal ditempatkan di rak jualnya tanggal 1 gitu tau-tau tanggal 7 sudah kadaluwarsa. Kayanya pada pernah kan beli roti-roti semacam itu?
Bukan bermaksud skeptis atau berprasangka, tapi kadang-kadang dalam pikiran ini muncul pertanyaan. Kalau memang roti itu tidak memakai bahan pengawet yang mengakibatkan masa kadaluwarsanya sangat cepat kira-kira perusahaan rotinya berani gak ya produksi rotinya banyak-banyak? Lha terus kalau akhirnya tidak laku sampai dengan masa kadaluwarsanya telah terlewati trus roti-roti itu kira-kira diapain ya? Langsung dimusnahkankah? Atau diolah kembali? J

Kalau untuk jumlah produksi mungkin perusahaan rotinya sudah melakukan riset sehingga sudah menemukan formula yang pas agar tidak terjadi penumpukan persediaan sehingga semua hasil produksi bisa dihasilkan. Namun kalau untuk produk yang tidak terjual setelah lewat masa kadaluwarsanya masih menyimpan misteri tuh. Bagaimana sebenarnya perlakuan perusahaan terhadap roti-roti yang tidak laku tersebut. Kalau memang dimusnahkan seperti apa ya pemusnahannya? Apa iya itu hasil produksi langsung dimusnahkan begitu saja? Apa ada kemungkinan roti yang sudah jadi namun tidak laku itu diolah kembali untuk membuat roti yang baru? Eh, itu mungkin gak sih? Maksudku, “roti daur ulang” gitu??


Minggu, 06 Juli 2014

Sayap Pucat


Sepasang sayap pucat
Entah ke arah mana ku kan membawanya terbang
Di depan hanya gelap, muram, dan dingin
Apa sebaiknya aku naik ke atas saja biar sekalian tertiup angin
Biar angin yang meniupkan tubuh ini
Menghempaskan kami kembali kepadamu
Aku tahu wahai dingin, tugasmu menusuk hingga ke tulang-tulangku
Tapi apa daya semua itu?
Apa daya semua itu terhadap tubuh rapuh yang tertiup angin ini


                                                               Denpasar, 06 Juli 2014

Kamis, 03 Juli 2014

Nomor Anda

Hari ini tanggal 3 Juli 2014. Tanggal 9 Juli 2014, Indonesia, salah satu negara demokrasi terbesar di kawasan Asia Tenggara akan melaksanakan pemilihan umum untuk memilih presiden. Pemilihan yang akan dilaksanakan secara langsung, seperti yang saya lihat di televisi, di negara kiblat demokrasi semacam USA. Suasana kampanye sangat kental terasa, semacam orang yang lagi sensitif, info kampanye itu "senggol dikit langsung bacok". Info yang sebenarnya saya ingin peroleh tetesannya saja dapatnya langsung deburan ombak. Indonesia mungkin sedang menikmati periode di mana informasi sangat gampang diperoleh, bahkan tidak diminta pun kita diberi informasi oleh tim sukses dari masing-masing calon presiden. Media cetak, dunia maya, lebih-lebih media elektronik terutama saluran televisi sedang hits-hitsnya menayangkan segala hal tentang calon presiden. Dari pengamatan saya, salah satu yang menjadi korbannya adalah angka alias nomor, yaitu angka 1 dan angka 2.
Angka 1 dan angka 2 mungkin belum pernah menjadi seheboh ini di Indonesia. Bahkan saat jaman orde baru, kalau tidak salah ingat partai yang berkuasa adalah yang bernomor 2, tapi kemungkinan karena informasi sudah "teratur" dan "terarah" maka euforia-nya tidak seperti saat ini. Sedikit saja tersangkut dengan salah satu angka entah 1 atau 2, pasti langsung dikonotasikan dengan salah satu calon presiden. Ada yang begitu fanatiknya baik kepada si nomor 1 maupun nomor 2 sehingga menurut saya esensi kampanye bagi saya menjadi hilang. Di benak saya, kampanye adalah seperti mempromosikan diri sendiri, itu yang utama. Kampanye adalah bentuk tindakan baik langsung maupun tidak langsung dari sang empunya kampanye kepada khayalak untuk menyampaikan hal-hal apa yang membuatnya untuk layak dipilih. Namun, kenyataan yang saya lihat, sungguh "luar biasa". Saya pernah bertanya pada diri sendiri, hal apa yang pertama terlintas ketika orang menyebut calon nomor 1 ataupun calon nomor 2. Dahsyat sekali, justru yang terlintas pertama adalah hal negatif tentang masing-masing calon, begitu si nomor 1 atau nomor 2 disebut. Fenomena apa ini? Bukankah mereka telah berkampanye?
Ada satu hipotesa yang saya simpulkan sendiri dari kejadian ini. Bahwa penyebab dari semua hal ini adalah maraknya "black campaigne". Seperti kata pepatah, karena nila setitik, rusak susu sebelangga. Kalau kita umpamakan black campaigne itu seperti nila itu, tak peduli seberapa banyak prestasi dari kedua calon, ketika ada sedikit saja hal negatif, entah itu memang benar atau memang sengaja diblow up sebagai strategi untuk memenangkan salah satu calon hasilnya yang terdengar gaungnya lebih keras malah hal yang negatif tersebut.
Ada yang sudah menonton debat capres? Jangankan yang berdebat, moderatornya saja banyak dihujat, begitu kan? Unsur pendukung pelaksanaan debat saja bisa dihujat apalagi materi debatnya. Tapi begitulah realitanya, begitulah adanya ketika kebebasan untuk berdapat telah menemukan eranya. Ketika satu kata saja yang terucap salah bisa menjadi alat untuk merusak seluruh maksud baik dari sebuah pemaparan.
Dalam hati saya terus mencoba meyakinkan diri. Bahwa kedua calon memang sangat ingin untuk memberikan yang terbaik untuk Indonesia, saya mencoba meyakini itu. Sah-sah saja mereka masing-masing memiliki basis pendukung yang sangat kuat. Basis pendukung yang kuat saya artikan dalam pemikiran positif berarti masing-masing calon presiden sudah pernah membuktikan dirinya minimal kepada para pendukungnya itu. Tentunya dengan harapan jangan sampai fanatisme berlebihan terhadap salah satu calon memecah belah persatuan bangsa kita. Yang terpenting, pemilu dapat berjalan dengan lancar dan damai.
Jadi, entah kamu pilih nomor 1 atau 2, kamu tetap teman saya. Kita sama orang Indonesia.

***

Sabtu, 08 Maret 2014

Contoh Gerak Badan untuk Kesehatan

Berikut ini kami tampilkan contoh gerak badan yang dapat anda lakukan di kala senggang untuk mengisi waktu, menyehatkan badan, dan dijamin gerakannya sangat mudah untuk ditiru dan dilakukan.
Perkenalkan bintang video tutorial senam ini adalah putri kesayangan penulis. Penulis menjamin bahwa tidak ada paksaan terhadap yang bersangkutan untuk membuat video tutorial ini. Semua dilakukan dengan sedikit bujukan dan perekaman dilakukan dengan tehnik hidden camera karena ybs. memang anaknya agak pemalu.
Enjoy the video guys :)

P.S. mohon maaf karena adanya kesalahan teknis. Ternyata kami hanya bisa memposting tautan videonya di sini karena setelah beberapa kali dicoba videonya gak nyantol-nyantol juga ke postingan ini.

Jumat, 28 Februari 2014

Jatuhnya di Yunani


Pagi itu pak Jarot terlihat kesal. Tim sepakbola kesayangannya yaitu Manchester Merah (MM) ternyata “secara mengejutkan” takluk dari tim Olimpian dari negeri Yunani yang katanya sangat jarang bisa lolos ke liga para juara benua biru. Kalahnya pun tak tanggung-tanggung 2-0 di kandang lawan sehingga terasa sulit sekali untuk membalikkan keadaan saat bermain di kandang MM di stadium Old Tradefford. Harus menang dengan margin tiga (3) gol. Iya tiga (tiga) yang setelah angka 2 (dua) itu.
Pak Jarot sebenarnya sudah lama kesal karena tim kesayangannya ini sungguh sangat sulit untuk meraih kemenangan. Mau main di Inggris juga sulit menangnya. Semenjak pelatih legendanya memutuskan pensiun, Sir Adex Fergreyson, pak Jarot sudah harap-harap cemas, karena masih tidak yakin dengan pelatih yang menggantikan Sir Adex, namanya Davy Modes. Bukan karena latar belakang Davy Modes yang sebelumnya melatih tim papan tengah di Negara Inggris sana tapi lebih karena cuma was-was aja takutnya Manchester Merah (MM) masih terlalu besar untuk ditangani Davy. Itu kaya ngasi tugas anak kuliah ke anak SD, kira-kira bisa gak jawabnya. Waktu itu pak Jarot mikirnya gitu aja sih.
MM itu kan cuma melawan tim Olimpian, ya prestasinya di liga para juara belum sementereng MM sieh, tapi musim ini rekornya bagus. Katanya 26 kali bertanding cuma kalah 2 kali, itupun dari tim juara juga. Kalahnya dari tim Paris Saint Garment, sebuah tim kaya yang strikernya terkenal sangat hebat. Itu striker tampangnya mirip Petruk, kata pak Jarot, tapi kalau nendang bola mau ke mana aja bola mesti masuk ke gawang lawan. Sakti! Tapi kalau cuma kalah sieh pak Jarot mungkin gak lama-lama banget kesalnya, tapi ngeliatin pemain MM main pas lawan Olimpian itu yang bikin pak Jarot keselnya nambah gak ketulungan.  Main itu kan 90 menit ya, mbok  ya sering-sering gitu lho nembak bola ke gawang lawan, kasi perlawanan yang seru apa mainnya semangat gitu. Lha ini kok malah mainnya kaya ngono!
MM kan punya 2 stiker top, orang Belanda namanya Rudy Van Presie satu lagi orang Inggris yang habis tanda tangan kontrak baru jadi gajinya hampir 5,8 M per minggu itu si Wade Rooley tapi ya kok mainnya gak saling oper tuh. Van Presie paling pas ngoper ke Rooley pas Kick Off saja. Apa gak senewen tuh pak Jarot. Lha itu baru strikernya. Itu kan Davy Modes katanya mau niru-niru formasi 4-4-2 kaya punya Sir Adex tapi kayanya masih kurang mujarab. Gelandang MM yang katanya pinter itu, namanya Tommy Clearverly katanya sering ngilang-ngilang di lapangan. Pas nyerang gak ikutan, pas bertahan juga gak kerekam di kamera tivi. Tambah pusing deh pak Jarot. Ditambah dengan aksi-aksi dari pemain sayap andalan MM, kalau gak salah namanya Andre Yongki. Orangnya kurus, larinya cepat emang, cuma kata para komentator bola levelnya Yongki masih mediocre. Terus terang pak Jarot kurang paham bahasa Inggris dan tentu saja tidak tahu apa artinya mediocre itu.
Selain itu, pak Jarot cuma bisa elus-elus dada saja melihat aksi bek andalan MM yang sudah sarat pengalaman, si  Ryu Predinand. Kata anak-anaknya pak Jarot, si Ryu sekarang lagi buka bisnis baru yaitu bisnis distro plus kerjaannya nge-tweet mulu. Pak Jarot tentu saja tidak tahu apa artinya nge-tweet itu. Dia cuma berharap nge­-tweet itu bukan semacam pantangan untuk main anteng perhatikan pemain lawan waktu nyerang area pertahanan. Pak Jarot sih lebih berharap kalo si Ryu segera menentukan pilihan antara sepak bola atau melanjutkan bisnis distronya daripada ga bisa fokus antara main bola apa jualan baju.
Siang-siang belum habis kesalnya, pak Jarot akhirnya memutuskan untuk iseng-iseng main internet coba-coba buka dadalu.com sebuah situs berita yang cukup terkenal yang juga kadang-kadang membuat ulasan tentang pertandingan sepak bola yang bagus-bagus. Pak Jarot cukup tertarik dengan salah satu artikel yang lagi banyak dikomentari di situs itu. Judul artikelnya. “OLIMPIAN DIBANTU KEKUATAN DEWA ZEUS HANCURKAN MM”
“Pantesanlah MM kalah. Wong lawannya dibantu Dewa. “ gumam pak Jarot dalam hati sambil tersenyum masam. Masam sekali?! Entah dia bermaksud serius atau cuma mencoba mengurangi kesal dalam hatinya. ***


*) Penulis adalah seorang pendukung Manchester United. Kalau ada kemiripan nama klub, tokoh, lokasi, kejadian, itu merupakan kesengajaan. Kadang-kadang seorang butuh “penyaluran” ketika tim kesayangannya kalah. But in my opinion, Manchester is still red. #GGMU :)
Hope they’ll getting better

Senin, 24 Februari 2014

Amplop Coklat

Pagi itu, ketika Pak Jarot membuka tumpukan bajunya dalam lemari, dia tidak sengaja menemukan seongok amplop coklat kusut. Terselip di sana, diantara baju-bajunya di bagian yang paling usang.
"Hah ini amlop siapa ya? "
Kalau sudah menemukan amplop, yang terlintas pertama dalam pikiran pak Jarot adalah uang alias duit atau doku.
Dengan penuh rasa penasaran dia ambil amplop itu, pelan-pelan mau dikantonginya tapi tak bisa karena ternyata saat itu pak Jarot ternyata masih mengenakan sarung.
"He he he he.." Pak Jarot sepertinya tertawa sendiri tapi dalam hati. Memang susah dibayangkan kaya gimana itu ketawa dalam hati, tapi memang saat itu pak Jarot tertawa tapi tidak kedengaran suara ketawanya.
Bu Jarot masih sibuk di dapur sejak tadi memasak untuk sarapan pagi. Sudah barang tentu pak Jarot mau mengecek sendiri dulu apa gerangan yang ada dalam amplop coklat buluk itu. Sudah barang tentu isinya uang tapi pak Jarot masih belum yakin. Tersenyum-senyum sendiri pelan-pelan pak Jarot mengambil celana dinasnya. Berganti sarung yang tidak ada kantongnya dengan celana dinas yang banyak "kantong selipannya". Pak Jarot masih tersenyum-senyum sendiri, pikirannya masih melayang-layang tentang amplop dalam lemari yang dia yakin isinya adalah uang. Itu pasti "Uang Laki" pikir pak Jarot. Apa itu uang laki? Itu lho semacam uang yang dimiliki suami tapi tidak diketahui istri kaya uang laki-nya orang yang lagi ngetop di TV itu namanya TCW. Uang lakinya dia banyak banget bisa buat bagi-bagi mobil. "Itu kan uang laki", kata pak Jarot dalam hati. Buktinya istrinya baik-baik aja tuh, kayanya gak protes, atau mungkin gak merasa kehilangan uang dalam jumlah besar. Ya itu pasti karena istirnya tidak tahu kalau ada uang itu. Itu memang uang laki. 
Pak Jarot kembali tersenyum-senyum sendiri kaya Capres-Capres di TV yang doyan menyamar untuk mewujudkan mimpi Indonesia katanya. Kemarin capresnya jadi tukang becak, terus jadi pedagang asongan. "Sudah pasti biaya nyamar itu juga pakai uang laki kan?", pak Jarot masih mendebat dirinya sendiri. Kalau gak paka uang laki masa yo istrinya gak marah punya uang lha  kok dipake menyamar kaya gitu, kan bisa jadi curiga.
" Bapaaaaakkk, uda bangun belom?" teriakan bu Jarot dari dapur membuyarkan lamunan pak Jarot. Dengan gerak cepat, pak Jarot menuju lemari, mencomot amplop coklat dalam lemari yang kemudian langsung dimasukkan ke dalam kantong celana dinasnya.
Pak Jarot ini orangnya agak lugu. Jadi kalau ada yang dia sembunyikan dia akan kikuk sendiri. Niatnya itu amplop coklat yang isinya diyakini adalah uang laki akan dibawa ke kantor dan akan dibuka di toilet kantor biar gak ada yang tahu karena kalau si Tiwul cleaning service kantor tahu dia pasti akan minta ditraktir.
Yah minimal si Tiwul akan menawarkan jasa penyimpanan uang biar tidak terlacak oleh PPATK.
"Bapak ini kenapa tho? Kok dari tadi kelihatan semringah?" bu Jarot membuka pembicaraan di meja makan ketika merasa agak aneh melihat suaminya sarapan pagi pake sendok dan garpu wong biasanya pake dua tangan. Tangan kanan ambil nasi, tangan kiri comot sambal.
"Lha ga pa pa bu. Kan kan biar ada variasi aja kalau tiap hari makan pakai tangan lama-lama bosan juga." jawab pak Jarot dengan tidak yakin.
Pak Jarot langsung keringat dingin. "Masa ibu tahu aku ngambil amplop coklat dalam lemari?" pikir pak Jarot. 
Nasinya belum habis pak Jarot buru-buru saja meninggalkan meja makan.
"Lha nasi belum abis kok sudah jalan aja pak?" tanya bu Jarot. 
"Ada apa tho pak?" bukan tanpa alasan bu Jarot jadi curiga dengan orang yang sudah 15 tahun diajaknya hidup bareng itu.
"Gak apa-apa bu. Bapak mau berangkat lebih pagi aja. Jalanan sebentar lagi macet ini. Takutnya gubernur kita yang baru keburu nyalon jadi Presiden ini masalah macet di jalanan kota masih belum tuntas juga." jawab pak Jarot kacau.
Bu Jarot cuma geleng-geleng kepala saja melihat tingkah suaminya yang memang tidak pandai berbohong. "Ya sudahlah.." gumam bu Jarot dalam hati.
Gak pake nunggu dana bansos cair, pak Jarot langsung tancap mobilnya. Walaupun dia tahu kalau pagi ini mobilnya belum dipanasin, tapi amplop coklat dalam celana dinasnya sudah menunggu untuk segera dibuka.
Masuk tol, keluar tol, macet sebentar, macet agak lamaan, pak Jarot menjadi tidak sabar.
Pak Jarot akhirnya melaksanakan rencana B saja karena sudah tidak sabar. Amplop coklat tidak jadi dibuka di kantor. Amlopnya dibuka di dalam mobil saja sambil menuju ke kantor. Jadi, pak Jarot akan menepi sebentar. Lalu lintas pagi itu memang sudah padat.
Sekenanya pak Djarot meminggirkan mobilnya, setelah menarik beberapa kali napas panjang, dengan tangan bergetar diambilnya amplop coklat bulukan dalam kantong celana dinasnya. 
Dibukanya pelan-pelan amplop yang besarnya kira-kira cukup untuk memasukkan berlembar-lembar uang rupiah bergambar Proklamator Republik Indonesia.
"Hah?!" Pak Jarot terkejut setengah mati melihat isi amplop coklat itu.
Dia lalu terdiam mematung sambil memandangi isinya lekat-lekat.
Tiba-tiba ada suara tegas dan berat menyapa pak Jarot, "Selamat pagi, Pak! Apa bapak tidak melihat rambu lalu lintas di samping mobil bapak ini?"
Sejenak pak Jarot menoleh ke kiri dan menemukan tanda huruf S besar dicoret tegak di samping mobilnya yang terparkir masih di bentangan jalan yang cukup padat merayap.
Pria berseragam coklat yang menyapanya tadi langsung meminta SIM dan STNK milik pak Jarot.
Pak Jarot cuma bisa pasrah.

***