Jumat, 08 September 2017

BELAJAR DARI RASA SAKIT (3)



Fix, kateter tidak perlu dipasang. Kata dokter tinggal pemulihan saja, karena bagaimanapun tindakan pembedahan adalah membuat sebuah luka yang disengaja, salah satu alasannya untuk “menyingkirkan” sesuatu yang dianggap bisa mengganggu kesehatan kita. Proses pemulihan juga mengharuskan saya melaksanakan rutinitas tambahan untuk menjaga luka agar tidak infeksi, yaitu dengan merendam lokasi luka dengan cairan antiseptik dua kali sehari sampai nanti tiba saatnya dirasa cukup oleh dokter. Sekali berendam disarankan selama 15-20 menit. Tentunya15-20 menit yang lama untuk berendam bila disertai rasa nyeri “di sana”.
Perlu saya sampaikan pesan dari dokter tentang penyebab utama dari ambien itu sendiri, yaitu : garis keturunan dan gaya hidup. Apabila dari orang tua kita pernah atau sedang mengalami ambien maka kemungkinan kita keturunannya juga akan mengalami hal yang sama. Jadi kuncinya ada di gaya hidup. Orang dari garis keturunan yang memiliki ambien bila menjaga gaya hidupnya dengan baik, kemungkinannya untuk mengalami hal yang sama akan semakin kecil. Garis keturunan yang bersih kalau tidak menjaga gaya hidupnya maka akan semakin besar kemungkinannya untuk terkena penyakit ini.
Bicara gaya hidup, yang disorot oleh dokter adalah olahraga, istirahat, pola makan, dan pilihan makanan. Kedengaran klise. Terutama pada poin tentang makanan. Kenyataannya memang seperti itu, kalau tidak menjaga apa yang kita makan, tinggal menunggu waktu seperti nasib Kacak, “nikmat membawa sengsara.” Sederhananya seperti ini, salah satu penyebab ambien adalah konstipasi yaitu saat kita merasa harus ”berjuang lebih” untuk BAB di pagi hari. Itu salah satu tanda kekurangan serat, sesuatu yang banyak bisa kita dapatkan dari sayur dan buah. Saya suka buah tapi tidak demikian dengan sayur. Rupanya dulu saya telah mencapai suatu titik dimana semua makanan yang saya konsumsi saya anggap sudah “cukup sehat” dan dalam jangka waktu yang tidak sebentar. Memang gampang-gampang susah. Pesan dari dokter itu sudah pernah saya dengar, baca, dan tonton baru sekarang setelah adanya kejadian baru bisa saya resapi. Tantangan terberatnya adalah mengurangi makanan yang digoreng (berminyak), karena menurut dokter minyak dalam makanan yang digoreng mempunyai andil dalam kesatnya usus yang kemungkinan membuat kita harus melakukan “usaha lebih” saat BAB. Usaha lebih yang berkepanjangan merupakan salah satu penyebab utama ambien itu sendiri.
Pada hari ketujuh opname di rumah sakit tepatnya tanggal 21 Juli 2017, saya sudah merasa sangat bosan di rumah sakit. Ingin rasanya segera pulang ke rumah sesegera mungkin. Keinginan itu sudah saya utarakan pada dokter. Dokter cuma menyarankan coba dulu apakah bisa menahan rasa nyerinya. Sepertinya bisa.
Malamnya saya mengaduh-aduh, persis seperti istri saya pasca caesar. Para wanita memang luar biasa. Dokter lebih paham, apalah saya ini cuma orang awam. Alhasil, besoknya di tanggal 22 Juli 2017 saya menyetujui saran dokter untuk menambah waktu opname daripada sesampai di rumah meraung-raung minta diinfus lagi.
Siang hari di tanggal 23 Juli 2017, dokter membolehkan saya pulang. Saya masih merasa nyeri di bagian “itu”, tapi tetap dikuat-kuatkan. Ibaratnya harus berani nyemplung ke kolam kalau mau bisa berenang, harus berani menghadapi rasa sakit dan nyeri agar tidak terus tergantung pada obat penahan rasa sakit. Gak nyambung. Ditambah memang sudah mati gaya kalau harus menambah hari lagi tidur di rumah sakit.
Ini baru 9 hari di rumah sakit, sekalinya menginjakkan kaki melihat sinar matahari secara langsung rasanya girang bukan kepalang. Tidak kebayang bagaimana rasanya pasien yang harus menerima perawatan sampai berbulan-bulan di rumah sakit.  Amazing. Tidak salah memang para pendahulu kita selalu mengingatkan kita untuk selalu bersyukur karena sesuatu yang dirasakan dengan rasa syukur itu rasanya luar biasa. Sinar matahari siang yang panas jadi terasa indah, rasa sakit ini kita coba syukuri sebagai pengingat bahwa menjadi manusia pasti akan mengalami sakit. Yang penting dari kitanya saja, lebih baik segera ditangani daripada menyesal di kemudian hari.***
Merangkum penjelasan dari dokter bedah tentang pembedahan ambien, diantaranya :
  • sekotor-kotornya (maaf) anus, di sana ternyata merupakan titik simpang berbagai syaraf terkait dalam tubuh kita. Jadi bisa dimaklumi akan sangat terasa sakitnya bila timbul luka di sana entah karena sakit atau luka yang disengaja (tindakan pembedahan),
  • karena tempatnya juga merupakan “saluran pembuangan” sisa-sisa makanan, tempat itu sangat rentan infeksi, so itulah sebabnya pasca operasi perlu direndam dua kali sehari dengan cairan antiseptik,
  • kebanyakan orang masih sungkan sekaligus malu untuk memeriksakan ambiennya, notabene penyakit ambien dianggap tidak berbahaya, namun saya termasuk saksi hidup betapa ambien yang sudah parah bisa membahayakan jiwa penderitanya,
  • terakhir, tindakan pembedahan ambien tidak akan menjamin 100% kita akan bebas selamanya, seumur hidup. Kata dokter, hanya kembali ke titik nol, yang apabila tidak kita jaga dengan baik, suatu saat “dia” bisa muncul lagi untuk membalas dendam, bisa jadi dengan kekuatan yang lebih dahsyat. Jangan terlena!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar