Sudah lama sekali tidak menulis tentang film. Sebagai alasan klasik katakanlah memang saya ini "kurang waktu" untuk mengikuti perkembangan film-film bagus untuk ditonton. Film ini salah satunya, Prisoners (tahun 2013).
Yups, udah telat banget plus mungkin basi.
Tapi ijinkan saya menyampaikan betapa terkesannya saya dengan film ini. Terima kasih yang terdalam selain kepada Tuhan Yang Maha Esa tentunya kepada penulisnya Aaron Guzikowski dan sutradara Denis Villeneuve (sengaja hurufnya ditebalkan) betapa mereka sudah berhasil membuat saya terus tenggelam dalam rasa penasaran di sepanjang plot film ini.
Jumat, 31 Maret 2017
Kamis, 09 Maret 2017
Kamera Hoek
Pagi
itu dia bangun meringis sambil memegangi bawah ketiaknya yang masih bengkak dan
membiru, darah yang mengering terlihat menghitam di sudut bawah bibirnya yang
lebam. Dengan mengerahkan sisa-sisa tenaganya, pria itu tampak menggeliat berusaha
mendudukkan punggungnya di sudut ruangan yang gelap dan jorok itu. Nafasnya
masih terengah-engah mengingat kejadian yang telah dilewatinya beberapa jam
yang lalu. Teriakan-teriakan makian dan pukulan serta tendangan yang harus
ditanggungnya masih berputar berulang-ulang dalam benaknya seperti sebuah
kilasan gambar-gambar beresolusi tinggi hasil jepretan kamera barunya. Tubuhnya
sedikit mengejang dan merinding ketika teringat kamera itu. Ada sesuatu yang
membuatnya ciut, tubuhnya masih diliputi ketakutan yang mendalam, ketakutan
yang terus menghantuinya selama ini. Saat ini penglihatannya sangat buruk,
kedua matanya menyipit akibat bengkak yang semakin hari semakin membiru
ditutupi oleh rambutnya yang panjang dan tak terawat. Dia lupa sudah berapa lama
dia berada di dalam ruangan itu, semua tampak sama dan gelap, tubuhnya yang tak
berselimut mulai terbiasa dengan lantai beton yang keras, kasar, dan dingin,
punggungnya yang penuh bekas pukulan sudah tidak berontak lagi ketika bersandar
di sudut tembok lembab dan berlumut. Dia tidak tahu apakah hari ini siang atau
malam, seperti tidak mengenal dirinya lagi, sekian lama rasanya waktu sudah
terlewati, satu-satunya patokan waktu dimulainya hari adalah saat sepiring nasi
putih tanpa lauk dilempar sekenanya ke dalam ruangannya itu melalui lubang segi
empat sempurna yang hanya bisa dibuka dari luar di sebuah pintu besi kokoh yang
selalu terkunci rapat.
Sambil
menyorongkan lututnya ke dagu, pria itu hanya tertunduk mencoba mengumpulkan
keping-keping ingatannya yang masih menerawang jauh melewati ruangan 3 x 3
meter yang menyedihkan itu. Saat ini, hal yang terpenting baginya adalah
otaknya masih dapat bekerja walaupun sudah berkali-kali menerima pukulan dari
para penjaga tempat itu. Sekali lagi dia kembali teringat akan kejadian itu,
kejadian pada tanggal 15 Desember 2009, satu-satunya tanggal yang sebenarnya
sangat ingin dilupakannya selama menghabiskan waktu di ruang pengap ini.
Langganan:
Postingan (Atom)