Jumat, 31 Maret 2017

Film "Prisoners"

Sudah lama sekali tidak menulis tentang film. Sebagai alasan klasik katakanlah memang saya ini "kurang waktu" untuk mengikuti perkembangan film-film bagus untuk ditonton. Film ini salah satunya, Prisoners (tahun 2013).
Yups, udah telat banget plus mungkin basi.
Tapi ijinkan saya menyampaikan betapa terkesannya saya dengan film ini. Terima kasih yang terdalam selain kepada Tuhan Yang Maha Esa tentunya kepada penulisnya Aaron Guzikowski dan sutradara  Denis Villeneuve (sengaja hurufnya ditebalkan) betapa mereka sudah berhasil membuat saya terus tenggelam dalam rasa penasaran di sepanjang plot film ini.

Kamis, 09 Maret 2017

Kamera Hoek



Pagi itu dia bangun meringis sambil memegangi bawah ketiaknya yang masih bengkak dan membiru, darah yang mengering terlihat menghitam di sudut bawah bibirnya yang lebam. Dengan mengerahkan sisa-sisa tenaganya, pria itu tampak menggeliat berusaha mendudukkan punggungnya di sudut ruangan yang gelap dan jorok itu. Nafasnya masih terengah-engah mengingat kejadian yang telah dilewatinya beberapa jam yang lalu. Teriakan-teriakan makian dan pukulan serta tendangan yang harus ditanggungnya masih berputar berulang-ulang dalam benaknya seperti sebuah kilasan gambar-gambar beresolusi tinggi hasil jepretan kamera barunya. Tubuhnya sedikit mengejang dan merinding ketika teringat kamera itu. Ada sesuatu yang membuatnya ciut, tubuhnya masih diliputi ketakutan yang mendalam, ketakutan yang terus menghantuinya selama ini. Saat ini penglihatannya sangat buruk, kedua matanya menyipit akibat bengkak yang semakin hari semakin membiru ditutupi oleh rambutnya yang panjang dan tak terawat. Dia lupa sudah berapa lama dia berada di dalam ruangan itu, semua tampak sama dan gelap, tubuhnya yang tak berselimut mulai terbiasa dengan lantai beton yang keras, kasar, dan dingin, punggungnya yang penuh bekas pukulan sudah tidak berontak lagi ketika bersandar di sudut tembok lembab dan berlumut. Dia tidak tahu apakah hari ini siang atau malam, seperti tidak mengenal dirinya lagi, sekian lama rasanya waktu sudah terlewati, satu-satunya patokan waktu dimulainya hari adalah saat sepiring nasi putih tanpa lauk dilempar sekenanya ke dalam ruangannya itu melalui lubang segi empat sempurna yang hanya bisa dibuka dari luar di sebuah pintu besi kokoh yang selalu terkunci rapat.
Sambil menyorongkan lututnya ke dagu, pria itu hanya tertunduk mencoba mengumpulkan keping-keping ingatannya yang masih menerawang jauh melewati ruangan 3 x 3 meter yang menyedihkan itu. Saat ini, hal yang terpenting baginya adalah otaknya masih dapat bekerja walaupun sudah berkali-kali menerima pukulan dari para penjaga tempat itu. Sekali lagi dia kembali teringat akan kejadian itu, kejadian pada tanggal 15 Desember 2009, satu-satunya tanggal yang sebenarnya sangat ingin dilupakannya selama menghabiskan waktu di ruang pengap ini.