Selasa, 10 Oktober 2017

HUJAN BULAN OKTOBER



Bulan Oktober sudah tiba. Seperti umumnya bulan-bulan yang berakhiran -ber hujan pun makin sering turun setiap harinya. Hujan bulan Oktober tidak sejarang bulan sebelumnya dan tidak segarang bulan-bulan setelahnya. Ada kehangatan diantara titik-titik airnya yang dingin saat menghujam bumi menghamburkan harumnya bau tanah.
Hujan bulan Oktober yang turun di pagi hari, derunya selalu membangunkanku dari tidur yang lelap hanya untuk menidurkanku kembali seperti seorang ibu menepuk-nepuk lembut punggung anaknya agar tidur lebih lelap lagi. Kala dia datang di malam hari, hujannya yang tenang tanpa petir menjadi lagu pengantar tidur tanpa lirik yang memanduku ke mimpi yang indah.
Hujan bulan Oktober saat langit masih terang oleh mentari akan melukis pelangi sejelas selendang sutera berbagai warna yang tergantung di kolong langit.
Ketika dia turun saat terangnya bulan purnama, mendungnya yang tipis akan menutup rembulan namun aku masih bisa melihat siluet bentuk lingkaran putih tampak malu yang terbungkus titik-titik air hujan yang turun dengan perlahan.
Pernah kudengar cerita tentang hujan bulan Oktober ini, dari seorang kakek yang tak kuketahui namanya. Kata Beliau, bulan Oktober itu bertepatan dengan dimulainya sasih Kapat (sesuai dengan perhitungan kalender Bali) adalah bulan penuh cinta. Alam merayakan cintanya pada kita dengan memberi hujan yang indah. Hujan yang mulai membangunkan pohon-pohon yang meranggas dan menguatkan tunas-tunas muda yang baru saja tumbuh. Cintanya kadang berbentuk rasa lelah dan sakit yang mengajak kita untuk beristirahat sejenak dan kita memang berhak untuk berhenti sejenak, menikmati desiran air hujannya. Dia mengingatkan dengan sabar bahwa perubahan cuaca juga akan mempengaruhi tubuh manusia yang menyebabkan kita menjadi rentan terhadap penyakit.
Bagiku, kita semua adalah anak hujan, yang akan selalu merindukannya saat penat dan panas mulai menyergap.