Senin, 11 Maret 2019

Belajar = Menyapu?!




Pernahkah anda menyapu? 
Bisakah kita mengumpamakan kegiatan belajar layaknya menyapu? 
Dikutip dari Sekar Alit, Pupuh Ginada :

Eda ngadèn awak bisa
depang anakè ngadanin
geginane buka nyampat
anak sai tumbuh luhu
ilang luhu bukè katah
yadin ririh liu enu paplajahan

Terjemahannya :
Jangan merasa diri pintar/hebat/mampu
Biar orang lain menilai/melihat
Hidup ibarat menyapu
Sampah ada selalu
Hilang sampah, debu beribu-ribu
Meski pintar, berjuta hal belum kau kenal

Di salah satu bagian disebut hidup ini seperti menyapu, tapi saya ingin membahasnya dalam kegiatan yang lebih spesifik yaitu belajar. 
Apa yang perlu kita lakukan sebelum belajar? Kosongkan diri. 
Mengosongkan diri bentuk nyatanya adalah jangan pernah merasa sudah bisa/ahli/mampu. Sekali rasa itu sudah muncul, kegiatan belajar belum bisa kita mulai.
Kemudian, ada bagian, biarkan orang menilai. Cukup menilai saja, jangan biarkan mempengaruhi semangat untuk belajar lebih jauh lagi. Penilaian orang hanya kita dengar/ambil untuk perbaikan diri.
Selanjutnya, menurut saya baris ini adalah intinya, layaknya menyapu. 
Coba bayangkan saat kita menyapu. Bayangkan saat menyapu lantai dalam rumah. Kadang kita merasa tidak ada debu atau sampah yang kita sapu, tapi toh tetap kita sapu, tapi lama-lama setelah berjalan lama, ternyata ada yang kita sapu. Mirip seperti belajar, kadang kita berpikir, hal yang kita pelajari apakah akan berguna? Atau malah apakah ada yang sebenarnya kita pelajari? Jawabannya, pasti ada. Bahkan saat kita belajar sesuatu yang salah, minimal kita tahu bahwa setelah melanjutkan belajar dan mengaplikasikannya yang kita pelajari adalah hal yang salah. 
Awal dari baris ini, yaitu jangan pernah merasa bisa, ditegaskan lagi di bagian akhir baris, meski pintar, banyak sekali hal yang belum kita pelajari. Sama seperti menyapu. Menyapu kalau kita lihat lagi adalah pekerjaan yang tidak akan pernah selesai, jangankan besoknya, 5 menit setelah kita merasa telah menyapu, sampahnya sudah kita bersihkan, ternyata masih ada debu tidak kelihatan yang berhamburan. Sama dengan ilmu atau pelajaran, tidak akan pernah habis. 
Kalau kita sudah menyadari itu, siapapun yang berilmu seharusnya selalu bersikap rendah hati, karena dia memahami, masih banyak ilmu yang belum dia ketahui, layaknya menyapu, masih banyak kotoran yang menunggu untuk dibersihkan. Masih banyak ilmu yang nenunggu untuk dipelajari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar