Jumat, 29 Oktober 2010

Pesona Kawah Putih-Ciwidey

Tak terasa Ujian Tengah Cawu III yang terasa makin berat lewatlah sudah. Melalui sebuah perencanaan yang singkat, padat, dan kurang jelas di rumah makan D'cost, akhirnya kita memutuskan untuk refreshing ke Bandung. Dibantu oleh Anton (orangnya aseli Bandung) yang bersedia menjadi guide akhirnya esok paginya kita berangkat ke Bandung.
Dengan Yanda sebagai koordinator transportasi, Anton sebagai koordinator acara, ditambah Bang Abdi sebagai seksi konsumsi (paling gahar kalo uda laper....baru beberapa bab perjalanan udah mengerang-erang "Tonnn..makan Ton..." xixixixixxi) akhirnya perjalanan yang memakan waktu 4 (empat) jam lebih terasa sangat sempurna (lamanya..hehehehe...sorry guys...).


Siangnya kita sempat singgah makan di restoran tradisional bernuansa Sunda gitu (sorry..lupa namanya). Cukup mengobati rasa lapar dan dahaga para peserta yang sudah tak tertahankan semenjak nyampe di Bandung,,hehehe). Sampe dengan saat makan siang, cuaca masi segar bugar, tapi entah kenapa saat menuju ke arah Ciwidey cuara semakin muram dan akhirnya hujaaaannnn. Yak sodara-sodara...apa yang mungkin bisa merusak acara wisata alam anda selain hujan???? Bahkan saat kami mencapai pintu masuk ke arah Kawah Putih, hujan masi turun dengan cukup deras sehingga menimbulkan keraguan untuk masuk ke dalam. Kami sempat cemas kalau masuk ke dalam dengan cuaca seperti ini tidak akan banyak membantu acara liburan kali ini ke kawah putih. Mobil Elf yang mengangkut kami sempat parkir di warung-warung di dekat pintu masuk kawah putih, sambil berharap hujan akan reda.

Sambil menunggu, kami sempat berunding tentang apakah sebaiknya kita tetap masuk atau pulang saja ke Bintaro (pliss dehh..udah jauh-jauh ke sini..kasian bang Abdi..hahahahaha) akhirnya diputuskan untuk tetap masuk aja ke area Kawah Putih...sippp deh. FYI, ongkos tiket masuk ke dalam adalah Rp. 25.000,00 per orang, kami ada 12 orang, total ongkos jadi Rp. 300.000,00 (sipp lagi deh...(*_*)---> lumayan juga ongkosnya).

Secara ajaib, saat mobil elf makin mendekati kawasan Kawah Putih, ujan makin menipis dan makin reda (acik..acik...acik....). Dan tentu saja yang terlintas pertama dalam pikiran saya tentang sebuah kawah adalah panas dan penuh gairah (halah...) dan ternyata saya salah...di sekitar area Kawah Putih ternyata dingin..oh dingin.. (ada plang penunjuk suhunya, menunjukkan suhu 10 derajat celcius-->bagi anak pantai seperti saya ini sudah cukup menggigil hahay....).

Kaya Gini Nih Sinopsis Cerita Kawah Putih

Plang nya susah dibaca ya? (ya iyalah..kecil gitu gambarnya). ya udah, ntar saya akan coba mengetik ulang sinopsis cerita yang ada di plang Kawah Putih itu, jangan sekarang ya...(mata udah menyipit ini)....

Seiring dengan rintik ujan yang makin lama makin menghilang, cuaca pun membaik. Kasian juga para ojek payung yang awalnya mengerumumi mobil kami langsung bubar melihat cuaca yang akhirnya kembali cerah (sorry ya mang, rejeki di laen waktu bakalan ada kok...).

Untuk menuju Kawah Putih dari Pintu Masuk ke sana, ini nih foto pintu masuknya (sorry kehalang kita2 yang lagi berpose....)

nah dari pintu masuk Kawah Putih itu, kami harus menaiki tangga, ga terlalu jauh sih, untuk kemudian turun ke bawah menuju lokasi Kawah Putih. Bau belerang sudah mulai tercium semenjak tangga turun menuju lokasi Kawah Putih. Begitu mencapai Kawah Putih, kami langsung takjub menyaksikan betapa Kawah Putih itu beneran putih lowh...(ya iyalah..makanya namanya Kawah Putih). Di dalam benak saya yang namanya kawah itu selalu tergambar merah menyala, panas, berasap dan kita ga bakal bisa mendekatinya sedekat kami dengan kawah putih sekarang ini. Mungkin karena pengaruh cuaca setelah hujan, Kawah Putih di siang hari masi diliputi kabut, sungguh pemandangan yang menyejukkan dan penuh misteri di balik warna putihnya yang berkilau. Air yang mengisi kawah bahkan terasa hangat (tidak melelehkan kulit sampai ke tulang seperti bayangan dalam pikiran saya....hehehe). Tanpa perlu dikomando, Yasika sebagai seksi dokumentasi uda jeprat-jepret aja dengan pocket cameranya dan kamera DSLR kebanggaannya. Anak itu kelihatan serius banget (ampe bawa-bawa tripod seolah ingin berkata---> klo cuma foto-foto kalian aja, kapan karir fotografiku bisa maju...wakakakakakaakaka...). Dan sudah bisa ditebak, Yasika sukses mendapatkan foto-foto Kawah Putih dari angle terbaiknya (termasuk foto kami---> narsis never die). Hawa yang saya rasakan di sana sungguh aneh. Sementara suhu di sana sekitar 10 derajat celcius, namun dinginnya tidak terlalu terasa, terhapus oleh hangatnya hembusan hawa Kawah Putih siang itu. Saya sedikit mengutip sinopsis singkat Kawah Putih, konon tidak ada satu pun burung atau makhluk yang bisa terbang mau melewati kawasan Kawah Putih karena pancaran belerangnya yang begitu terasa sampai memancar ke angkasa. Bahkan di salah satu pinggiran kawah putih terdapat sebuah gua yang melarang pengunjung untuk berlama-lama berdiri di depan gua itu. Menurut pemikiran saya, mungkin gua itu merupakan sumber belerang yang sangat pekat sehingga jika dihirup terlalu banyak akan berakibat buruk bagi yang menghirupnya. Tapi ada beberapa hipotesis dari teman-teman yang mengatakan kalau gua itu ada naganya seperti sinetron-sinetron Indosiar--->kata mba Uchi.
Entah kenapa hipotesis ini selalu tergiang-giang dalam pikiran saya. Siang itu, ternyata tidak cuma kami yang berkunjung dan menikmati indahnya Kawah Putih, tampak banyak sekali para pengunjung yang sebagian besar foto-foto (untuk profil FB seperti yang kami lakukan sekarang...hahahahahahahaha)
Saya sebenarnya selalu bertanya-tanya dalam hati, mungkinkah perjalanan kali ini sebenarnya untuk membuat foto profil FB yang keren biar banyak dapat comment dari teman-teman. Harus diakui, kebutuhan untuk mendapat pengakuan uda jadi bagian aktualisasi diri tidak hanya bagi para Ababil jaman sekarang (sorry wat Yanda) tapi untuk setiap orang tidak peduli walopun uda tua (sorry ya Bang Abdi & Mbak Junica.....hahahahahahahahahahaahaha *like this).

Terlepas dari semua yang telah saya nikmati dari pesona kawah putih, ada satu hal yang membuat saya kecewa. Bagaimana kita sebagai manusia masih belum bisa menghargai alam, kita cenderung selalu minta diutamakan, minta dihargai terlebih dahulu. Alam selalu kita anggap sebagai pihak yang pasif, pihak yang selalu bisa kita kendalikan, yang bisa kita perlakukan sesuai dengan kehendak kita. Contoh kecil yang saya temukan di kawah putih ini adalah masih banyaknya sampah-sampah yang mengotori areal Kawah Putih dan saya yakin sampah itu berasal dari pengunjung seperti kami yang entah sengaja atau tidak meninggalkan sesuatu yang seharusnya tidak mereka tinggalkan di sana.

Yah...semoga kita bisa lebih peduli.

Menyambung isi blog ini, berikut saya kutip cerita tentang Kawah Putih yang diambil dari Plang Penunjuk di sana :

Gunung Patuha oleh masyarakat Ciwidey dianggap sebagai gunung yang tertua. Namun Patuha konon berasal dari kota Pak Tua (sepuh), sehingga masyarakat setempat seringkali menyebutnya dengan nama Gunung Sepuh. Lebih dari seabad yang lalu, puncak Gunung Patuha dianggap angker oleh masyarakat setempat sehingga tak seorangpun berani menginjaknya. Oleh karena itu, keberadaan dan keindahannya pada saat tersebut tidak sempat diketahui orang.
Atas dasar beberapa keterangan, Gunung Patuha pernah meletus pada abad X sehingga menyebabkan adanya Kawah (crater) yang mengeringkan di sebelah puncak bagian barat. Kemudian pada abad XII kawah di sebelah kirinya meletus pula, yang kemudian membentuk danau yang indah. Tahun 1837, seorang Belanda peranakan Jerman bernama Dr. Franz Wilhelm Junghuhn (1809-1864) mengadakan perjalanan ke daerah Bandung Selatan. Ketika sampai di kawasan tersebut, Junghuhn merasakan suasana yang sangat sunyi dan sepi, tak seekor binatangpun yang melintasi daerah itu. Ia kemudian menanyakan masalah ini kepada masyarakat setempat, dan menurut masyarakat, kawasan Gunung Patuha sangat angker karena merupakan tempat bersemayamnya arwah para leluhur, serta merupakan pusat kerajaan bangsa Jin. Karenanya bila ada burung yang lancang berani terbang di atas kawasan tersebut, akan jatuh dan mati. Meskipun demikian, orang Belanda yang satu ini tidak begitu percaya akan ucapan masyarakat. Ia kemudian melanjutkan perjalanannya menembus hutan belantara gunung itu untuk membuktikan kejadian apa yang sebenarnya terjadi di kawasan tersebut. Namun sebelum mencapai puncak gunung, Junghuhn tertegun menyaksikan pesona alam yang begitu indah di hadapannya, dimana terhampar sebuah danau yang cukup luas dengan air berwarna putih kehijauan. Dari dalam danau itu keluar semburan lava serta bau belerang yang menusuk hidung. Dan terjawablah sudah mengapa burung-burung tidak mau terbang melintasi kawasan tersebut. Dari sinilah awal mula berdirinya pabrik belerang Kawah Putih dengan sebutan di jaman Belanda : Zwavel Ontgining Kawah Putih. Di jaman Jepang, usaha pabrik dilanjutkan dengan menggunakan sebutan Kawah Putih Kenzanka Yokoya Ciwidey, dan langsung berada di bawah pengawasan militer. Cerita dan misteri tentang Kawah Putih terus berkembang dari satu generasi masyarakat ke generasi masyarakat berikutnya. Hingga kini mereka masih percaya bahwa Kawah Putih merupakan tempat berkumpulnya roh para leluhur. Bahkan menurut kuncen Abah Karna yang sekarang berumur kurang lebih 105 tahun dan bertempat tinggal di Kampung Pasir Hoe, Desa Sugih Mukti; di Kawah Putih terdapat makam para leluhur, diantaranya : Eyang Jaga Satru, Eyang Rangsa Sadana, Eyang Camat, Eyang Ngabai , Eyang Barabak , Eyang Baskom dan Eyang Gambrong. Salah satu puncak Gunung Patuha, Puncak Kapuk, dipercaya sebagai tempat rapat para leluhur yang dipimpin Eyang Jaga Satru. Di tempat ini masyarakat sesekali melihat (secara gaib) sekumpulan domba berbulu putih (domba lukutan) yang dipercaya sebagai penjelmaan dari para leluhur. Alam pemandangan di sekitar Kawah Putih cukup indah; dengan air danau berwarna putih kehijauan, sangat kontras dengan batu kapur putih yang mengitari danau tersebut. Di sebelah utara danau berdiri tegak tebing batu kapur berwarna kelabu yang ditumbuhi lumut dan berbagai tumbuhan lainnya. Franz Wilhem Junghuhn kini sudah lama tiada, namun penemunya yang dikenal dengan nama Kawah Putih masih tetap anggun mempesona sampai saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar