Mengikuti perkembangan berita pada era informasi terbuka
seperti saat ini ternyata cukup memusingkan. Pusingnya bukan karena kekurangan
berita maupun sumber berita, tapi justru karena derasnya arus informasi dan
banyaknya sumber berita yang ada. Tentunya tidak semua informasi yang beredar
adalah benar, pun tidak semuanya salah. Yang lebih parah ukuran berita sekarang
adalah bukan benar dan salah lagi, saking luasnya sumber informasi para pencari
berita terkadang hanya mencari berita yang memang ingin mereka dengar. Apalagi
bila sudah berbicara politik di dalamnya. Politik adalah kepentingan,
kepentingan akan selalu menjadi prioritas orang yang memiliki kepentingan
dimaksud. Saat ini orang yang berkepentingan pun memiliki dan mengelola sumber
daya pengolah dan penyebar informasi yang tidak kecil. Bayangkan saja itu,
pihak-pihak yang berkepentingan hanya menyebarkan informasi yang sekiranya
mendukung kepentingan mereka.
Kepentingan di sini bisa jadi merupakan kepentingan berupa
keuntungan (uang) maupun kekuasaan. Kalau sudah berbicara uang (money) dan
kekuasaaan (power) segala sesuatu bisa saja terjadi atau malah segala sesuatu bisa
saja tidak terjadi. Informasi yang salah bila terus disebarluaskan akan seolah
menjadi kebenaran juga, sungguh menyeramkan. Opini bisa membalikkan fakta,
fakta terlihat sebagai sebuah karangan belaka. Bahkan tidak jarang kebenaran
yang tidak ditampilkan seutuhnya menjadi sebuah kebohongan atau fitnah yang
sangat kejam.
***
Pak Jarot hanya geleng-geleng kepala saja menyaksikan acara
di sebuah stasiun TV swasta. Dia sebenarnya hanya ingin
menjadi penonton yang netral saja, tidak memihak salah satu pihak yang
sepertinya memiliki kebenarannya masing-masing. Tapi terus terang saja, Pak
Jarot tidak merasa bisa menjadi pihak yang netral. Dia bukanlah orang yang plin
plan. Pak Jarot itu jujur, tapi sudah berkali-kali dia bertanya pada hati kecilnya,
ini sebenarnya yang mana yang fakta dari pembicaraan di acara talk show itu,
hati kecil pak Jarot juga bingung. Entah, padahal katanya kalau bingung melihat
sebuah persoalan tanyalah pada hati kecilmu.
Pak Jarot kini hanya bisa menduga-duga, awalnya menurut pak
Jarot pihak A yang benar, tampilannya meyakinkan, data dan faktanya terlihat
sangat valid, tapi begitu pihak B yang berbicara mereka tidak kalah
meyakinkannya.
“Duh bingung”, gumam pak Jarot.
Saking bingungnya, pak Jarot merasa kepala dan matanya
panas. Kepala panas karena dari tadi mencoba mencerna data dan fakta entah itu
opini atau rekaan belaka yang dipaparkan masing-masing pihak namun tidak jelas
juga juntrungannya, mata pak Jarot panas melihat nara sumber yang sebetulnya
(maaf) kurang enak dipandang tapi gayanya seolah paling ganteng se-Indonesia.
Cepat-cepat diambilnya remote TV untuk ganti channel saja.
Sungguh tak disangka, kepala dan mata pak Jarot tambah panas melihat
serial-serial yang berjudul nama-nama binatang itu.
Dengan berat hati pak Djarot memilih mencoba tidur saja walaupun kepala dan matanya masih panas.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar