Rawamangun, 05-10-2015
Mungkin rindu
itu rasa yang paling aneh. Tak satupun orang rasanya ingin menikmati rindu. Ingin
bertemu dengan orang yang dirindukan namun belum atau tidak mampu. Dari mana
datangnya rindu?
Orang bisa
benci karena disakiti, bahkan dendam. Dendam itu seperti api, membakar secara
perlahan dan membakar habis dirimu ketika dilampiaskan. Rindu, ah entahlah. Engkau
bisa merasa rindu kepada apa pun. Kadang sakit pun bisa dirindukan. Rindu datangnya
bisa dari cinta ataupun dari benci, bisa dari rasa sepi atau malah dari rasa
sumpek yang menyesakkan. Rindu tidak membakar tapi juga tidak menyejukkan,
kadang melegakan, kadang menyesakkan. Rindu kadang berbalas, kadang juga hanya seolah
menjadi suatu tindak tunggal. Kenapa hanya seolah menjadi tindak tunggal? Mungkin
karena sesungguhnya setiap tindakan bahkan sedikit pikiran pun akan
mengakibatkan sesuatu. Apalagi rindu.
Engkau bisa
merindukan benda, orang, hewan, tanaman, tumbuhan, bahkan sesuatu yang paling
abstrak sekalipun bisa engkau rindukan. Siapa yang bisa menyangkal? Siapa pula
yang bisa membenarkan?
“Aku sudah merasakan, bahwa tanpa kamu
semuanya terasa tidak lengkap,” katamu.
Kapankah
engkau merasakan itu?
“Bukankah saat aku tidak ada di sampingmu?”
Di
saat aku ada bersamamu di manakah rindu? “Pergikah
rindu dari kita semua?”
Bisakah
kita mendoakan rindu? Bukan atas nama orang, benda, barang atau apapun yang
kita rindukan? Bisakah kita berterima kasih padanya? Rindu yang mengingatkan kita
betapa semua hal yang ada bersama kita saat ini dapat kita rindukan. Mungkin nanti,
saat mereka sudah tidak ada.
Jika sudah
kita doakan dia, “Wahai engkau rindu.
Mungkinkah engkau diciptakan supaya kita bersyukur?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar