Jumat, 28 Februari 2014

Jatuhnya di Yunani


Pagi itu pak Jarot terlihat kesal. Tim sepakbola kesayangannya yaitu Manchester Merah (MM) ternyata “secara mengejutkan” takluk dari tim Olimpian dari negeri Yunani yang katanya sangat jarang bisa lolos ke liga para juara benua biru. Kalahnya pun tak tanggung-tanggung 2-0 di kandang lawan sehingga terasa sulit sekali untuk membalikkan keadaan saat bermain di kandang MM di stadium Old Tradefford. Harus menang dengan margin tiga (3) gol. Iya tiga (tiga) yang setelah angka 2 (dua) itu.
Pak Jarot sebenarnya sudah lama kesal karena tim kesayangannya ini sungguh sangat sulit untuk meraih kemenangan. Mau main di Inggris juga sulit menangnya. Semenjak pelatih legendanya memutuskan pensiun, Sir Adex Fergreyson, pak Jarot sudah harap-harap cemas, karena masih tidak yakin dengan pelatih yang menggantikan Sir Adex, namanya Davy Modes. Bukan karena latar belakang Davy Modes yang sebelumnya melatih tim papan tengah di Negara Inggris sana tapi lebih karena cuma was-was aja takutnya Manchester Merah (MM) masih terlalu besar untuk ditangani Davy. Itu kaya ngasi tugas anak kuliah ke anak SD, kira-kira bisa gak jawabnya. Waktu itu pak Jarot mikirnya gitu aja sih.
MM itu kan cuma melawan tim Olimpian, ya prestasinya di liga para juara belum sementereng MM sieh, tapi musim ini rekornya bagus. Katanya 26 kali bertanding cuma kalah 2 kali, itupun dari tim juara juga. Kalahnya dari tim Paris Saint Garment, sebuah tim kaya yang strikernya terkenal sangat hebat. Itu striker tampangnya mirip Petruk, kata pak Jarot, tapi kalau nendang bola mau ke mana aja bola mesti masuk ke gawang lawan. Sakti! Tapi kalau cuma kalah sieh pak Jarot mungkin gak lama-lama banget kesalnya, tapi ngeliatin pemain MM main pas lawan Olimpian itu yang bikin pak Jarot keselnya nambah gak ketulungan.  Main itu kan 90 menit ya, mbok  ya sering-sering gitu lho nembak bola ke gawang lawan, kasi perlawanan yang seru apa mainnya semangat gitu. Lha ini kok malah mainnya kaya ngono!
MM kan punya 2 stiker top, orang Belanda namanya Rudy Van Presie satu lagi orang Inggris yang habis tanda tangan kontrak baru jadi gajinya hampir 5,8 M per minggu itu si Wade Rooley tapi ya kok mainnya gak saling oper tuh. Van Presie paling pas ngoper ke Rooley pas Kick Off saja. Apa gak senewen tuh pak Jarot. Lha itu baru strikernya. Itu kan Davy Modes katanya mau niru-niru formasi 4-4-2 kaya punya Sir Adex tapi kayanya masih kurang mujarab. Gelandang MM yang katanya pinter itu, namanya Tommy Clearverly katanya sering ngilang-ngilang di lapangan. Pas nyerang gak ikutan, pas bertahan juga gak kerekam di kamera tivi. Tambah pusing deh pak Jarot. Ditambah dengan aksi-aksi dari pemain sayap andalan MM, kalau gak salah namanya Andre Yongki. Orangnya kurus, larinya cepat emang, cuma kata para komentator bola levelnya Yongki masih mediocre. Terus terang pak Jarot kurang paham bahasa Inggris dan tentu saja tidak tahu apa artinya mediocre itu.
Selain itu, pak Jarot cuma bisa elus-elus dada saja melihat aksi bek andalan MM yang sudah sarat pengalaman, si  Ryu Predinand. Kata anak-anaknya pak Jarot, si Ryu sekarang lagi buka bisnis baru yaitu bisnis distro plus kerjaannya nge-tweet mulu. Pak Jarot tentu saja tidak tahu apa artinya nge-tweet itu. Dia cuma berharap nge­-tweet itu bukan semacam pantangan untuk main anteng perhatikan pemain lawan waktu nyerang area pertahanan. Pak Jarot sih lebih berharap kalo si Ryu segera menentukan pilihan antara sepak bola atau melanjutkan bisnis distronya daripada ga bisa fokus antara main bola apa jualan baju.
Siang-siang belum habis kesalnya, pak Jarot akhirnya memutuskan untuk iseng-iseng main internet coba-coba buka dadalu.com sebuah situs berita yang cukup terkenal yang juga kadang-kadang membuat ulasan tentang pertandingan sepak bola yang bagus-bagus. Pak Jarot cukup tertarik dengan salah satu artikel yang lagi banyak dikomentari di situs itu. Judul artikelnya. “OLIMPIAN DIBANTU KEKUATAN DEWA ZEUS HANCURKAN MM”
“Pantesanlah MM kalah. Wong lawannya dibantu Dewa. “ gumam pak Jarot dalam hati sambil tersenyum masam. Masam sekali?! Entah dia bermaksud serius atau cuma mencoba mengurangi kesal dalam hatinya. ***


*) Penulis adalah seorang pendukung Manchester United. Kalau ada kemiripan nama klub, tokoh, lokasi, kejadian, itu merupakan kesengajaan. Kadang-kadang seorang butuh “penyaluran” ketika tim kesayangannya kalah. But in my opinion, Manchester is still red. #GGMU :)
Hope they’ll getting better

Senin, 24 Februari 2014

Amplop Coklat

Pagi itu, ketika Pak Jarot membuka tumpukan bajunya dalam lemari, dia tidak sengaja menemukan seongok amplop coklat kusut. Terselip di sana, diantara baju-bajunya di bagian yang paling usang.
"Hah ini amlop siapa ya? "
Kalau sudah menemukan amplop, yang terlintas pertama dalam pikiran pak Jarot adalah uang alias duit atau doku.
Dengan penuh rasa penasaran dia ambil amplop itu, pelan-pelan mau dikantonginya tapi tak bisa karena ternyata saat itu pak Jarot ternyata masih mengenakan sarung.
"He he he he.." Pak Jarot sepertinya tertawa sendiri tapi dalam hati. Memang susah dibayangkan kaya gimana itu ketawa dalam hati, tapi memang saat itu pak Jarot tertawa tapi tidak kedengaran suara ketawanya.
Bu Jarot masih sibuk di dapur sejak tadi memasak untuk sarapan pagi. Sudah barang tentu pak Jarot mau mengecek sendiri dulu apa gerangan yang ada dalam amplop coklat buluk itu. Sudah barang tentu isinya uang tapi pak Jarot masih belum yakin. Tersenyum-senyum sendiri pelan-pelan pak Jarot mengambil celana dinasnya. Berganti sarung yang tidak ada kantongnya dengan celana dinas yang banyak "kantong selipannya". Pak Jarot masih tersenyum-senyum sendiri, pikirannya masih melayang-layang tentang amplop dalam lemari yang dia yakin isinya adalah uang. Itu pasti "Uang Laki" pikir pak Jarot. Apa itu uang laki? Itu lho semacam uang yang dimiliki suami tapi tidak diketahui istri kaya uang laki-nya orang yang lagi ngetop di TV itu namanya TCW. Uang lakinya dia banyak banget bisa buat bagi-bagi mobil. "Itu kan uang laki", kata pak Jarot dalam hati. Buktinya istrinya baik-baik aja tuh, kayanya gak protes, atau mungkin gak merasa kehilangan uang dalam jumlah besar. Ya itu pasti karena istirnya tidak tahu kalau ada uang itu. Itu memang uang laki. 
Pak Jarot kembali tersenyum-senyum sendiri kaya Capres-Capres di TV yang doyan menyamar untuk mewujudkan mimpi Indonesia katanya. Kemarin capresnya jadi tukang becak, terus jadi pedagang asongan. "Sudah pasti biaya nyamar itu juga pakai uang laki kan?", pak Jarot masih mendebat dirinya sendiri. Kalau gak paka uang laki masa yo istrinya gak marah punya uang lha  kok dipake menyamar kaya gitu, kan bisa jadi curiga.
" Bapaaaaakkk, uda bangun belom?" teriakan bu Jarot dari dapur membuyarkan lamunan pak Jarot. Dengan gerak cepat, pak Jarot menuju lemari, mencomot amplop coklat dalam lemari yang kemudian langsung dimasukkan ke dalam kantong celana dinasnya.
Pak Jarot ini orangnya agak lugu. Jadi kalau ada yang dia sembunyikan dia akan kikuk sendiri. Niatnya itu amplop coklat yang isinya diyakini adalah uang laki akan dibawa ke kantor dan akan dibuka di toilet kantor biar gak ada yang tahu karena kalau si Tiwul cleaning service kantor tahu dia pasti akan minta ditraktir.
Yah minimal si Tiwul akan menawarkan jasa penyimpanan uang biar tidak terlacak oleh PPATK.
"Bapak ini kenapa tho? Kok dari tadi kelihatan semringah?" bu Jarot membuka pembicaraan di meja makan ketika merasa agak aneh melihat suaminya sarapan pagi pake sendok dan garpu wong biasanya pake dua tangan. Tangan kanan ambil nasi, tangan kiri comot sambal.
"Lha ga pa pa bu. Kan kan biar ada variasi aja kalau tiap hari makan pakai tangan lama-lama bosan juga." jawab pak Jarot dengan tidak yakin.
Pak Jarot langsung keringat dingin. "Masa ibu tahu aku ngambil amplop coklat dalam lemari?" pikir pak Jarot. 
Nasinya belum habis pak Jarot buru-buru saja meninggalkan meja makan.
"Lha nasi belum abis kok sudah jalan aja pak?" tanya bu Jarot. 
"Ada apa tho pak?" bukan tanpa alasan bu Jarot jadi curiga dengan orang yang sudah 15 tahun diajaknya hidup bareng itu.
"Gak apa-apa bu. Bapak mau berangkat lebih pagi aja. Jalanan sebentar lagi macet ini. Takutnya gubernur kita yang baru keburu nyalon jadi Presiden ini masalah macet di jalanan kota masih belum tuntas juga." jawab pak Jarot kacau.
Bu Jarot cuma geleng-geleng kepala saja melihat tingkah suaminya yang memang tidak pandai berbohong. "Ya sudahlah.." gumam bu Jarot dalam hati.
Gak pake nunggu dana bansos cair, pak Jarot langsung tancap mobilnya. Walaupun dia tahu kalau pagi ini mobilnya belum dipanasin, tapi amplop coklat dalam celana dinasnya sudah menunggu untuk segera dibuka.
Masuk tol, keluar tol, macet sebentar, macet agak lamaan, pak Jarot menjadi tidak sabar.
Pak Jarot akhirnya melaksanakan rencana B saja karena sudah tidak sabar. Amplop coklat tidak jadi dibuka di kantor. Amlopnya dibuka di dalam mobil saja sambil menuju ke kantor. Jadi, pak Jarot akan menepi sebentar. Lalu lintas pagi itu memang sudah padat.
Sekenanya pak Djarot meminggirkan mobilnya, setelah menarik beberapa kali napas panjang, dengan tangan bergetar diambilnya amplop coklat bulukan dalam kantong celana dinasnya. 
Dibukanya pelan-pelan amplop yang besarnya kira-kira cukup untuk memasukkan berlembar-lembar uang rupiah bergambar Proklamator Republik Indonesia.
"Hah?!" Pak Jarot terkejut setengah mati melihat isi amplop coklat itu.
Dia lalu terdiam mematung sambil memandangi isinya lekat-lekat.
Tiba-tiba ada suara tegas dan berat menyapa pak Jarot, "Selamat pagi, Pak! Apa bapak tidak melihat rambu lalu lintas di samping mobil bapak ini?"
Sejenak pak Jarot menoleh ke kiri dan menemukan tanda huruf S besar dicoret tegak di samping mobilnya yang terparkir masih di bentangan jalan yang cukup padat merayap.
Pria berseragam coklat yang menyapanya tadi langsung meminta SIM dan STNK milik pak Jarot.
Pak Jarot cuma bisa pasrah.

***