Jumat, 02 Maret 2012

Info Itu..

Indonesia kalah 10-0 dari Bahrain dan kekalahan ini menunggu pengusutan dari AFC.
Esemka ternyata tidak lulus uji emisi.
Rosa sakit saat akan disidang.
Seorang jaksa dibacok setelah disidang.
Jerapah mati lagi di Kebun Binatang Surabaya.




dll... dll... dll... masih banyak lagi..
... Fiuh.. terus terang membaca surat kabar, menonton televisi, membaca portal berita online Indonesia itu sungguh melelahkan. Mungkin memang menyajikan fakta dan bertujuan untuk memberikan informasi yang sebenar-benarnya pada khayalak umum, tapi lha saya secara pribadi kok selalu ngenes jadinya tiap baca headline surat kabar. Entah kapan terakhir saya baca judul headline koran yang bikin hari sumringah terus bibir tersenyum. Kapan ya itu?

Masyarakat sekarang sudah pintar dan sangat dimudahkan dalam mencari informasi dalam berbagai bentuk dan berbagai media. Hal ini membawa dampak positif bila didukung pula dengan kemampuan untuk memilah dan mencerna informasi. Tapi yang bisa saja terjadi adalah masyarakat yang "dikontrol" oleh informasi. Apapun itu, informasi tetap merupakan "data yang diolah". Siapa yang mengolah?  Ya tentunya manusia juga. Jangan lupa bahwa kekuatan kata-kata/tulisan bahkan mampu mengubah peradaban. Apa yang dicapai manusia sekarang tidak lepas dari segala macam informasi yang berhasil dihimpun dan dimanfaatkan oleh mereka sendiri untuk mencapai kesejahteraannya.

Apa ciri masyarakat yang sudah "terkontrol" oleh informasi? Menurut saya salah satunya adalah derasnya respon masyarakat itu sendiri terhadap informasi yang diterimanya. Katakanlah sekarang masyarakat banyak menggunakan internet yang bisa diakses melalui alat portabel mungkin dari hp, laptop, komputer, dan sejenisnya. Misalnya seperti fitur broadcast message pada Blackberry Messenger, kadang-kadang ada informasi yang beredar melalui fitur ini yang belum tentu benar namun sudah menimbulkan keresahan di masyarakat. Contoh lain lagi misalnya twitter, orang dengan gampang saja membuat akun anonim/palsu yang secara sepihak membuat sensasi dengan pemberitaan yang mungkin belum teruji kebenarannya namun langsung mendapat respon dari masyarakat yang kadang langsung membuat kehebohan. Bahkan "screen capture" status facebook seseorang bisa jadi arena caci maki bila sudah menyangkut isu SARA. Apa sebabnya heboh? Hal ini menurut saya juga karena ada faktor perlombaan dalam menyampaikan informasi, tidak hanya dari pada sumber informasi, tetapi juga dari masyarakatnya sendiri. Terdepan dalam mengabarkan informasi kadang menjadi prioritas utama daripada "terbenar" dalam memberikan informasi, lagi-lagi jaman yang berbicara. Jaman sekarang cenderung mengajak kita untuk saling berlomba, siapa cepat, dia dapat, siapa terdepan, dia yang menang. Informasi kadang juga membuat sesuatu menjadi bias, terutama bila terdapat informasi terhadap hal yang sama tetapi disampaikan berbeda oleh sumber berbeda pula. Kadang menimbulkan konspirasi yang berujung polemik dan pandangan yang berbeda-beda dari penerimanya. Begitu strategisnya kekuatan informasi, tidak aneh bila para politikus  memanfaatkan penguasaan informasi (baca media) untuk mendukung popularitasnya kan?