Beberapa waktu yang lalu, tepatnya saat saudara-saudara kita umat Kristiani merayakan damainya Natal, 25 Desember 2010, saya berkesempatan untuk mengunjungi sebuah pantai yang berada di wilayah Jember, Jawa Timur yang bernama Pantai Watu Ulo. Menurut pemahaman saya terhadap Bahasa Jawa (yang masih termasuk level "Dummy" or "Basic", itu pun lebih banyak bahasa Suroboyoan..hehehehe...) Watu Ulo terdiri atas dua kata. Watu yang berarti Batu dan Ulo yang berarti Ular, sekelumit pemikiran sempat muncul di kepala saya, "Batu ular??" kenapa dinamakan seperti itu ya?? Pertanyaan ini terus menggelantung di pikiran saya selama perjalanan selama 1,5 jam dengan mobil yang dimulai dari Jalan Gajah Mada kota Jember. Jalan menuju ke pantai ini melewati kawasan yang hijau dan agak masuk ke dalam, dan saya benar-benar tidak menyangka jalan yang saya lewati ini akan menuju ke pantai. Mungkin terpengaruh mendung dan sedikit rintik hujan, seolah saya merasakan akan memasuki kawasan pegunungan yang sejuk. (Padahal udah jelas-jelas sedang menuju ke arah pantai...saya emang agak GeJe...)
Kamis, 30 Desember 2010
Pantai Watu Ulo - Jember
Beberapa waktu yang lalu, tepatnya saat saudara-saudara kita umat Kristiani merayakan damainya Natal, 25 Desember 2010, saya berkesempatan untuk mengunjungi sebuah pantai yang berada di wilayah Jember, Jawa Timur yang bernama Pantai Watu Ulo. Menurut pemahaman saya terhadap Bahasa Jawa (yang masih termasuk level "Dummy" or "Basic", itu pun lebih banyak bahasa Suroboyoan..hehehehe...) Watu Ulo terdiri atas dua kata. Watu yang berarti Batu dan Ulo yang berarti Ular, sekelumit pemikiran sempat muncul di kepala saya, "Batu ular??" kenapa dinamakan seperti itu ya?? Pertanyaan ini terus menggelantung di pikiran saya selama perjalanan selama 1,5 jam dengan mobil yang dimulai dari Jalan Gajah Mada kota Jember. Jalan menuju ke pantai ini melewati kawasan yang hijau dan agak masuk ke dalam, dan saya benar-benar tidak menyangka jalan yang saya lewati ini akan menuju ke pantai. Mungkin terpengaruh mendung dan sedikit rintik hujan, seolah saya merasakan akan memasuki kawasan pegunungan yang sejuk. (Padahal udah jelas-jelas sedang menuju ke arah pantai...saya emang agak GeJe...)
Rabu, 29 Desember 2010
Semoga Ini Menjadi Sebuah Awal Bagi Tim Garuda
Pagi, 29 Desember 2010
Semoga Firman Utina, CS dapat menemukan form permainan terbaiknya, mengubah tekanan menjadi hantaman bagi Malaysia, bagaimanapun hasil kemenangan yang diraih dari babak penyisihan sampai final harus tetap kita apresiasi. Dan akhirnya, apapun hasil dari pertandingan nanti, kita harus tetap bangga dan mendukung timnas kita. Semoga di masa depan tim Garuda akan menjadi lebih baik lagi...
Kepakkan Sayapmu Lagi Wahai Garuda....
Kamis, 23 Desember 2010
Andai Boas Ikut Menikmati Sukses Timnas
Tidak bisa dipungkiri, tangan dingin Alfred Riedl ikut berperan dalam membawa kesuksesan Garuda melangkah ke fase final Piala AFF 2010. Keberaniannya untuk mengatur, menentukan sendiri pemain-pemain yang menurutnya layak memakai kostum dengan lambang garuda di dada tanpa intervensi siapa pun tampaknya membawa hasil yang cukup memuaskan bagi timnas sampai saat ini. Kejeliannya membuat kerja keras pemain-pemain muda semacam Okto dan Irfan Bachdim tidak sia-sia, kira-kira dua pemain itulah yang memperoleh kesempatan emas dan berhasil membuktikan diri dalam era kepelatihan Alfred Riedl.
Sementara dalam benak saya, masih terpaku pada sosok Boas yang akhirnya tidak ikut serta membela timnas. Meskipun dalam hati saya dapat memahami keputusan Alfred Riedl untuk tidak memanggil Boas untuk ikut membela Sang Garuda dalam ajang yang bergengsi ini, namun tetap saja saya tidak bisa mengesampingkan hal-hal yang mungkin bisa terjadi seandainya Boas bisa ikut menikmati Piala AFF ini.
Senin, 06 Desember 2010
DON'T WORRY, BE HAPPY???
Dari perjalanan Sibang-Denpasar tadi, entah kenapa kata-kata yang menjadi judul tulisan ini menjalari pikiran saya. Terdengar sangat sederhana, kira-kira saya terjemahkan sebagai "Jangan Khawatir, Bahagialah (Senanglah)" (kadang saya bingung mencari padanan kata dalam bahasa Indonesia yang paling tepat untuk kata Happy...)
Sesuatu yang pertama terlintas dalam pikiran saya adalah apakah kedua kata itu menggambarkan hubungan sebab akibat, yang mungkin dapat saya artikan secara gampangan, orang yang sering khawatir tidak akan senang (bahagia) atau apakah orang yang tidak khawatir akan berakibat senang (bahagia)??
Beberapa waktu yang lalu, saat menghadapi ujian akhir cawu yang baru saja berakhir awal Desember ini telah membuat saya sedikit banyak paham dengan yang namanya rasa khawatir. Bisakah saya menjawab soal-soalnya? Mampukah saya menyelesaikan ujian tepat waktu? Dan banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang terus timbul dalam benak saya yang (mungkin) dapat saya simpulkan berasal dari rasa khawatir itu sendiri. Di saat yang bersamaan pula, saya mendapat kiriman sms, yang bunyinya kira-kira begini "rasa khawatir tidak akan mengubah apa yang akan kamu hadapi besok, yang jelas ia hanya akan mengurangi kedamaianmu hari ini". Kadang hal ini membuat saya bingung, sebenarnya rasa khawatir itu baik apa nggak sih?? Kalau misalnya kita kesampingkan rasa khawatir itu, saya rasa semangat untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian terasa tidak akan terlalu dahsyat, paling tidak -rasa khawatir- menggerakkan tubuh ini untuk sekedar membaca bahan ujian yang akan dihadapi, minimal untuk meredakan tekanan -rasa khawatir- itu sendiri.
Tapi lihat apa yang mungkin terjadi kalau saya terlalu khawatir? Belum-belum sudah merasa tidak mampu, selalu terbayang akan hal yang akan dihadapi kemudian sehingga mengganggu persiapan hari ini. Mungkin mental saya malah jatuh digerogoti -rasa khawatir- yang berlebihan, istilah yang cocok mungkin "kalah sebelum berperang". -Rasa khawatir- yang menyebabkan kita bersiap, tapi rasa khawatir pula yang membuat kita lengah dan lalai?
Jadi, menurut saya, "don't worry be happy" itu lebih pada anjuran agar kita bisa me"manage" rasa khawatir dalam diri kita. Bagi yang memiliki rasa khawatir berlebihan, kita dianjurkan untuk selalu ingat bahwa suatu saat kita perlu mengatakan "Hei, just take it easy" pada diri kita sendiri. Suatu saat kita perlu mengesampingkan rasa khawatir berlebihan yang ada dalam diri kita masing-masing, paling tidak kita seharusnya masih bisa menarik napas panjang sambil menjernihkan pikiran saat suatu masalah menimpa kita. Tapi di sisi lain, "don't worry be happy" juga mengingatkan kita agar jangan sampai kita kehilangan rasa khawatir itu sendiri. Menurut saya, tanpa rasa khawatir juga dapat membuat kita menjadi terlena dan akhirnya lalai sehingga membuat masalah yang kita hadapi menjadi semakin pelik. Contoh : Dua minggu sebelum ujian, saya berkata pada diri saya sendiri, "ah,masih 2 minggu,don't worry be happy", kemudian saya terlena, mengandalkan sikap santai untuk menutup kekurangan waktu (yang sudah barang tentu tidak akan tertutupi), sampai akhirnya terucap kata, "astaga, ujian udah besok,tapi saya belum siyap apa pun!!!!!!!"+;;;'#4#@
Kesimpulannya??? Mmmmm....yang bisa saya simpulkan yaitu jagalah "dosis rasa khawatir" dalam diri kita, sehingga rasa khawatir itu dapat menjadi pendorong untuk bergerak ke arah yang lebih baik, jangan sampai ia menjadi beban gerakan kita, terlebih lagi dalam dosis yang sangat berlebihan ia mungkin akan menjadi rasa trauma yang terus membelenggu kita untuk maju.
Setidaknya begitulah menurut saya.....
Nite'....
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!